Komunikasi Mempersempit Permasalahan Keluarga
Seperti hari-hari biasanya, saya pulang dari kantor menggunakan Commuter Line. Satu hal yang menarik perhatian saya adalah ketika terdapat seorang ibu-ibu yang menurut saya kita satu suku (melihat dari muka dan aksen yang dia pakai), tapi bukan karena sukunya yang menarik perhatian saya, melainkan obrolan yang sedang dia lakukan di telepon dengan anaknya. Berikut sedikit obrolan yang masih terlintas di pikiran, telinga hingga hati saya.
Ibu: halo, kamu dimana? (dan sang anak menjawab didalam telepon)
Ibu: saya sudah naik kereta tadi habis dari Tangerang. (menyebutkan nama) sudah di rumah?
Ibu: Iya, sebentar lagi saya sampai di stasiun. Kamu jemput ya. Terserah mau jalan kapan, pokonya setelah saya sampai kamu udah disana.
Ibu: sekarang kamu masak nasi dan beberes ya. kakak kayaknya bentar lagi sampai
Ibu: iya pokonya kamu sekarang jalankan tugas yang saya suruh ya! masak nasi dan beli lauk di luar saja. jalankan tugasnya sekarang ya
Ibu: sebentar lagi saya sampai di stasiun *** kamu jangan lupa jemput. pokonya jalankan semuanya. oke, ini saya sudah mau sampai (kemudian telepon ditutup)
Sebetulnya saya sangat tidak ingin mendengar, namun saya mengingat suatu hal yang saat itu langsung terpintas didalam pikiran saya adalah dia seorang Ibu yang sedang berbicara dengan anaknya. Mungkin bagi sebagian orang hal ini biasa saja atau mungkin gaya komunikasi kamu dengan orang tua juga seperti ini di keluarga.
Tapi bagi saya ini agak sedikit aneh, saya mendengar unsur "baku" pandangan orang terhadap arti dari ORANG TUA yaitu harus di hormati, disegani, dituruti, mendengarkan semua perintahnya dan lainnya, yang jika kita sebagai anak menjalankannya itu berarti kita menuruti dan menyayangi dia.
Saya dulu pernah mengikuti suatu semacam "seminar kristiani" mengenai arti orang tua bagi seorang anak. Disana kami saling sharing pengalaman apa yang kami alami didalam keluarga. Kami saling terbuka dan saling mendorongkan semangat satu sama lain.
Kalian tahu apa yang terjadi?? TIDAK SEDIKIT bahkan BANYAK dari mereka anak-anak yang mengalami kepahitan atau rasa sakit hati mendalam terhadap orang tua mereka. Dari kebanyakan yang saya dengarkan adalah orang tua yang terlalu otoriter, orang tua yang ringan tangan, orang tua yang tidak pernah memuji sang anak, orang tua yang tidak perduli dengan anaknya, bahkan orang tua yang mendorong anaknya untuk berbuat salah.
Satu hal, ketika saya berada disana adalah Pertama, hati saya teriris ketika saya mendengarkan cerita mereka. Kedua, saya bersyukur memiliki orang tua yang sangat amat berbeda dengan "dunia" ini. sebetulnya apasih makna Orang Tua ??
Sekali lagi ini adalah murni pandangan saya (cmiiw):
1. Orang Tua bukan untuk di segani: kata segan dalam arti disini dalam kbbi online yaitu Menaruh Hormat dan Takut. Untuk itu, banyak Orang Tua yang melakukan komunikasi dengan anaknya layaknya dengan bawahan atau bahkan rekan kerjanya.
Kita sebagai anak bukan harus segan seperti layaknya kamu bertemu dengan pimpinan dikantor atau dikampus, tapi Orang Tua itu harus di Kasihi. dengan artian jika kasih berada didalam keluarga maka tidak ada yang namanya "Membangkan, Bebal, Tidak Sopan dll". Yang perlu diingat adalah seorang anak akan menuruti dan tidak bebal kepada orang tua bila dia mengasihi bukan karena dia segan.
2. Orang Tua bukan juru pukul: memarahi dan sedikit memberikan hukuman kepada anak bila ia salah itu sangat amat baik, tapi apakah harus ringan tangan? banyak kasus kekerasan terhadap anak baik dalam verbal dan non verbal bahkan yang membuat saya miris adalah hal ini sudah dilakukan sejak anak masih kecil.
Saya pernah melihat tukang bersih-bersih di kereta ekonomi saat itu (yang saat ini sudah tidak ada) Sang Ibu memukul kepala sang anak karena anak tersebut menangis menginginkan mainan dan saya juga sering melihat di mall ketika seorang Ibu yang memukul dan meninggalkan anaknya yang masih sekitar 5 tahun di mall karena anak tersebut merengek meminta sesuatu.
Sedikit bercerita, saya hampir bisa dibilang tidak pernah kena "pukul besar". di keluarga saya, jika nilai kami jelek, maka ayah saya akan memanggil kami ke dalam kamar dan dia sudah siap dengan 1 batang sapu lidi. melihat hal itu saja dahulu waktu kami kecil kami sudah ketakutan dan menangis luar biasa diluar kamar karena takut sapu lidi itu melayang ke tangan kami. untuk itu ayah saya menghampiri dan memeluk kami dan berkata "lain kali nilai harus lebih baik, kalau tidak (beliau memukul tembok dengan sapu lidi tersebut) dan kami makin menangis.
Hal tersakit yang pernah saya rasakan adalah ketika saat SD saya pernah dipukul mama saya dengan gayung ke paha saya karena saya tidak mau keramas yang sudah berhari-hari. setelah itu saya menjerit keras dan ayah saya menghampiri saya dan dia yang akhirnya melakukannya. setelah saya mulai reda tangisnya, mama saya menghampiri saya dan mengambil obat lalu dia menangis dan meminta maaf kepada saya. dia menasehati saya untuk tidak berbuat seperti itu lagi.
Jadi yang perlu di ingat disini adalah anak bukan samsak tinju kalian yang bisa kalian luapkan amarah kepadanya. tapi pukul ia dengan cara yang tidak membuat luka bahkan luka didalam hatinya
3. Tidak selamanya Orang Tua itu BENAR!: ini yang masih sering terjadi pada pandangan beberapa orang, bahwa setiap perkataan dan permintaan orang tua itu benar dan harus dituruti. Hal ini juga pernah saya alami ketika kami baru kehilangan ayah di kehidupan kami. Ibu saya menjadi seorang yang sedikit keras (yang kami maklumi adalah dia yang pasti lebih hancur hatinya karena kehilangan sosok pendampingh hidup) hal ini bukan berarti kami baik-baik saja, justru selama 1 tahun kami sering bertengkar entah dengan Ibu atau bahkan ke adik kakak. Tapi satu hal yang sering kami lakukan adalah kami curahkan semua sakit hati yang mengganjal dan kami saling meminta maaf dan berakhir saling berpelukan.
Untuk itu, orang tua coba kamu memberi sedikit kebebasan kepada anak dan anak coba kamu pegang kebebasan dari orang tua kamu dan jangan kamu salah pakaikan kebebasan itu. tidak ada satupun orang tua yang mengingkan anaknya salah jalan, untuk itu coba kalian saling bertukar pikiran dan saling mencari jalan keluar yang terbaik.
Perlu diingat disini, saya bukan memihak kepada sisi seorang anak ataupun ke orang tua, yang mau saya highlight adalah kedekatan orang tua dengan anak itu penting. komunikasi yang dijalankan secara intim dan hubungan interpersonal yang erat menurut saya menjadi salah satu cara ampuh untuk keluarga yang rukun.
Anak cobalah dengar-dengaran dengan perkataan orang tua. Percayalah mereka pasti menginginkan yang terbaik dan melakukan yang terbaik untuk kamu
Orang tua cobalah menjadi pribadi yang patut dicontoh sang anak, pribadi yang mencerminkan Tuhan dan cobalah untuk lebih dekat dengan mereka. Anak sudah besar bukan berarti tidak butuh perhatian, kasih sayang bahkan "manjaan".
Untuk itu, cobalah saling bertukar pikiran dan saling terbuka apa yang tidak disukai serta saling mengoreksi dan merubah yang salah!
Komentar
Posting Komentar